Play list

Kamis, 02 Februari 2012

Spektrofotometri :)

Dasar Teori
Sifat protein jika dilarutkan dengan asam klorida dan enzim protease akan menghasilakan asam amino karboksilat. Disisi lain protein dapat mengalami denaturasi yaitu perubahan struktur protein yang menimbulakn perubahan sifat fisika, kimia dan biologi bila Protein apabila dipanaskan dapat mengakibatkan gelombang elektromagnetik tertentu contohnya bisa, kokain kuman-kuman dan lain-lain
Metode Spektrofotokopi dengan untraviolet yang yang diserap bukan cahaya tampak cahaya ultra ungu ( Ultraviolet ). Dalam Spektrofotokopi ultra ungu energi cahaya tampak terserap digunakan untuk transfuse electron. Karena energi Cahaya Ultraviolet dapat menyebabkan transfuse electron ( Hendayana, 1997 )
Pengukuran kadar protein dengan metode Lowry adalah dasar penggunaan Spektrofotometer. Metode ini dapat menggunakan kadar protein sampai dengan 5 Mikrogram. Warna biru yang terjadi oleh pereaksi folin ciacalteu disebabkan reaksi antara protein dengan Cu dalam larutan alkakis dan terjadi reaksi garam fosfotungstat dan garam fosfomolibdat oleh tirosin dan triptopan.
Kurva yang menunjukkan standart merupakan kurva alibrasi dari sederet larutan standar larutan-larutan itu. Larutan ittu sebaiknya mempunyai komposisi yang sama dengan komposisi cuplikan. Jarang sekali digunakan satu larutan standar untuk menentukan absorbtivitas molar, hasil tidak pernah didasarkan pada literatur absobtivitas molar.
Protein dengan garam fostotungstat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang tertera.Pada. konsentrasi protein diukur berdasarkan atas opticial dencinty pada panjang gelombang tertentu untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan.

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet
d. Gelas Ukur
e. Pengaduk
f. Spektrofometer

2. Bahan
a. Reagen A ( Larutan Na2 Co3 dalam NaOH )
b. Reagen B ( Larutan Cu So4 dalam aquades )
c. Reagen C ( Larutan k-tartat dalam aquades )
d. Reagen D ( Larutan A:B:C=20:1:1 )
e. Reagen E ( Larutan folin ciocalteau dalam aquades )
f. Larutan standart BSA
g. Sampel jagung
h. Sampel kedelai
i. Aquades

3. Cara kerja

a. Perlakuan pada larutan standart

  1. Membuat larutan standart dengan konsentrasi 0; 0,06; 0,12; 0,18 ; 0,24 ; 0,30
  2. Diambil larutan standart dari masing-masing konsentrasi
  3. Ditambahkan air sampai dengan 1ml kedalam masing-masing Larutan standart tersebut
  4. Ditambahkan 1ml reagen D kedalam masing-masing larutan
  5. Digojog 15 menit didiamkan selama 45 menit
  6. Diukur absorbasi dari masing-masing larutan pada masing-masing pada 540 nm
  7. Dibuat grafik regresi liniernya

b. Perlakuan pada sample jagung dan kedelai
  1. Diambil 1ml sampel damasukkan kedalam tabung reaksi
  2. Ditambah 1 ml reagen D, digojog dibiarkan 15 menit
  3. Ditambah reagen E, digojog 15 menit dibiarkan 45 menit
  4. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm
  5. Dibuat kurva standart dengan cara larutan standart BSA diperlukan pada konsentrasi 0; 0,06 ; 0,12 ; 0,18 ; 0,24 dan 0,30
  6. Dibuat kurva regresi liniernya
  7. Dihitung kadar Protein dalam larutan sampel

E. Pembahasan

Disetiap larutan HCL mulai dari 1,0M; 1,2M; 1.4M; 1,6M; 1,8M; 2,0M, dan apabila di setiap larutan dimasukkan pita Mg@2cm akan bereaksi, semua itu karena pita tersebut bereaksi dan laju reaksinya dipengaruhi oleh: teori tumbukan, konsentrasi, luas permukaan sentuhan, dan katalisator
Pada luas permukaan sentuhan dijelaskan bahwa semakin luas permukaan zat padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukan antar partikel zat yang bereaksi. Demikian juga dengan katalisator, yakni suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan yang kekal dalam hal ini terjadi katalisator homogen.
Kecepatan reaksi atau laju reaksi merupakan berkurangnya jumlah pereaksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu.

F. Kesimpulan
a. Pembuatan kurva standar dari larutan standar juga digunakan untuk menentukan kadar protein sampel.
b. Dari data konsentrasi larutan BSA diperoleh persamaan garis regresi : Y = 0,0465 + 0,854X
c. Kadar protein tertinggi untuk sampel pada percobaan ini adalah jagung.

Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+¬. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
 H2O2        ↔  H2O  +  O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

Jumat, 27 Januari 2012

Kimia Organik (Senyawa Hidrokarbon)

SENYAWA HIDROKARBON

Disebut Hidrokarbon : mengandung unsur C dan H

Terdiri dari : 1. Alkana (CnH2n+2)
  2. Alkena (CnH2n)                  
  3. Alkuna (CnH2n-2)

ALKANA


q      Hidrokarbon jenuh (alkana rantai lurus dan siklo/cincin alkana)
q      Disebut golongan parafin : affinitas kecil (=sedikit gaya gabung)
q      Sukar bereaksi
q      C1 – C4 : pada t dan p normal adalah gas
q      C4 – C17 : pada t dan p normal adalah cair
q          >  C18 : pada t dan p normal adalah padat
q      Titik didih makin tinggi : terhadap penambahan unsur C
q      Jumlah atom C sama : yang bercabang mempunyai TD rendah
q      Kelarutan : mudah larut dalam pelarut non polar
q      BJ naik dengan penambahan jumlah unsur C
q      Sumber utama gas alam dan petrolium


Struktur ALKANA  : CnH2n+2      CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 (heksana)


 

                                                    sikloheksana


PEMBUATAN ALKANA :
Ø    Hidrogenasi senyawa Alkena
Ø    Reduksi Alkil Halida
Ø    Reduksi metal dan asam

PENGGUNAAN ALKANA :
ä     Metana : zat bakar, sintesis, dan carbon black (tinta,cat,semir,ban)
ä     Propana, Butana, Isobutana : zat bakar LPG (Liquified Petrolium Gases)
ä     Pentana, Heksana, Heptana : sebagai pelarut pada sintesis


Fraksi tertentu dari Destilasi langsung Minyak Bumi/mentah

TD (oC)

Jumlah C

Nama
Penggunaan
< 30
1 - 4
Fraksi gas
Bahab bakar gas
30 - 180
5 -10
Bensin
Bahan bakar mobil
180 - 230
11 - 12
Minyak tanah
Bahan bakar memasak
230 - 305
13 - 17
Minyak gas ringan
Bahan bakar diesel
305 - 405
18 - 25
Minyak gas berat
Bahan bakar pemanas
Sisa destilasi :
1.     Minyak mudah menguap, minyak pelumas, lilin dan vaselin
2.     Bahan yang tidak mudah menguap, aspal dan kokas dari m. bumi

ALKENA


q      Hidrokarbon tak jenuh ikatan rangkap dua
q      Alkena = olefin (pembentuk minyak)
q      Sifat fisiologis lebih aktif (sbg obat tidur) : 2-metil-2-butena
q      Sifat sama dengan Alkana, tapi lebih reaktif

STRUKTUR ALKENA  : CnH2n        CH3-CH2-CH=CH2 (1-butena)

ETENA = ETILENA = CH2=CH2

q      Sifat-sifat : gas tak berwarna, dapat dibakar, bau yang khas, eksplosif dalam udara (pada konsentrasi 3 – 34 %)
q      Terdapat dalam gas batu bara biasa pada proses “cracking”
q      Pembuatan : pengawahidratan etanaol

PENGGUNAAN ETENA :
ä     Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur dengan O2)
ä     Untuk memasakkan buah-buahan
ä     Sintesis zat lain (gas alam, minyak bumi, etanol)

PEMBUATAN ALKENA :

Ø    Dehidrohalogenasi alkil halida
Ø    Dehidrasi alkohol
Ø    Dehalogenasi dihalida
Ø    Reduksi alkuna



ALKUNA

q      Hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan rangkap tiga
q      Sifat-sifatnya menyerupai alkena, tetapi lebih reaktif

Struktur ALKUNA :    CnH2n-2     CH=CH (etuna/asetilen)

ETUNA = ASETILEN =>   CH=CH
q      Pembuatan : CaC2 + H2O ------à C2H2 + Ca(OH)2
q      Sifat-sifat :
Ø    Suatu senyawaan endoterm, maka mudah meledak
Ø    Suatu gas, tak berwarna, baunya khas
q      Penggunaan etuna :
Ø    Pada pengelasan : dibakar dengan O2 memberi suhu yang tinggi (+- 3000oC), dipakai untuk mengelas besi dan baja
Ø    Untuk penerangan
Ø    Untuk sintesis senyawa lain

PEMBUATAN ALKUNA
Ø    Dehidrohalogenasi alkil halida
Ø    Reaksi metal asetilida dengan alkil halida primer

Rabu, 25 Januari 2012

Konsentrasi Larutan :)

Ada beberapa cara dalam menyatakan konsentrasi suatu larutan, yaitu sebagai berikut :
MOLARITAS (M) : adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan.
NORMALITAS (N) : adalah banyaknya gram ekivalen zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan.
MOLALITAS (m) : adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1000 mg pelarut.
artikel 12
Normalitas (N) ditentukan oleh banyaknya gram ekivalen zat terlarut dalam 1000 ml larutan. Berat ekivalen (BE) dapat ditentukan berdasarkan jenis reaksi, sebagai berikut :
artikel 13
- Reaksi asam basa (netralisasi)
- Reaksi pengendapan
- Reaksi pembentukan senyawa komplek
- Reaksi oksidasi reduksi

Dalam reaksi netralisasi , setiap senyawa akan melepaskan atau menerima atom hidrogen. Jadi berat ekivalen (BE) berdasarkan reaksi netralisasi (asam basa) dapat ditentukan sebagai berikut :
artikel 13
Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan ditentukan oleh valensi dari senyawa tersebut.
artikel 14
Berat ekivalen (BE) dalam reaksi oksidasi reduksi didasarkan pada banyaknya elektron yang dilepaskan atau diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi.
artikel 15
Contoh perhitungan Berat Ekivalen:
  1. Reaksi asam basa :
    BE HCl = Mr HCl
    BE H2SO4 = ½ Mr H2SO4
    BE NaOH = Mr NaOH
  2. Reaksi pengendapan :
    BE AgNO3 = Mr AgNO3
    BE NaCl = Mr NaCl
  3. Reaksi oksidasi (dalam suasana asam) :
    BE KMnO4 = 1/5Mr KMnO4
    BE K2Cr2O7 = 1/6 Mr K2Cr2O7
Contoh Perhitungan :
  • Berapa normalitas (N) dari HCl pekat yang mempunyai BJ = 1,1878 dan konsentrasinya 37% (Mr = 36,5)
    Jawab :
    - BJ = 1,1878 gram berarti di dalam 1 Liter larutan terdapat 1187,8 gram
    - Konsentrasi 37%
artikel 16
439,486
= _______ = 12,04
36,5
Secara langsung dapat dihitung sebagai berikut :
artikel 17
  • Berapa Normalitas (N) H2SO4 pekat dengan BJ= 1,19 dan konsentrasinya 98% (Mr=98).
    Jawab :
    - BJ H2SO4 = 1,19
    Berarti dalam 1 Liter larutan terdapat 1190 gram
    -Konsentrasi 98 %
artikel 18
Secara langsung dapat dihitung sebagai berikut :
artikel 19
  • Jadi untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000 mL yang dibuat dari HCl pekat dengan konsentrasi 37% dan BJ 1,1878 yang mempunyai normalitas 12,04 (hasil perhitungan nomor 1). Maka HCl pekat tersebut yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
artikel 20
Jadi HCl pekat yang dibutuhkan adalah 8,3 mL
  • Untuk membuat larutan dengan bahan yang digunakan dalam bentuk padatan, maka banyaknya bahan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
artikel 21
Contoh:
Untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 500 mL, maka AgNO3 padatan yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut :
artikel 22
mg AgNO3 = 500 x 0,1 x 180
= 9,000 mg
= 9 gram
  • Untuk membuatlarutan NaCl 10% sebanyak 500 mL, maka bahan padatan NaCl yang dibutuhkan adalah 50 gram NaCl dilarutkan sampai dengan 500 mL. Jadi AgNO3 yang dibutuhkan sebanyak 9 gram
  • Untuk membuat larutan NaCl 100 ppm maka dilarutkan sebanyak 100 mg kedalam 1 Liter larutan.
Cara menghitung :
100 ppm= 100 gram/106 gram
= 100 gram/103 kg
= 100.000 mg /103 kg
= 100 mg/ 1 kg
˜ 100 mg/ 1 Liter

Na2CO3 atau sering dikenal Soda Ash/Soda Abu ;)

Soda abu adalah suatu zat padat ringan yang agak larut di dalam air dan biasanya mengandung  99,3 %  Na2CO3. Zat ini dijual atas dasar kandungan natrium oksidanya yang biasanya adalah 58%. Produksi soda abu dari endapan trona alam sekarang sudah melebihi jumlah yang dari ammonia soda. Proses sintetik sudah terdesak karena biaya tinggi dan masalah pencemaran dan sudah mulai berkurang digunakan di Amerika Serikat.
Sifat – sifat nitrogen
  • Dapat larut dalam air dan bersifat basa
  • Hablur soda melepuh di udara
  • BM : 106
  • Titik lebur : 851 ºC
  • Titik Didih : Terurai
PROSES PEMBUATAN SODA ABU
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN Na2CO3 SECARA SOLVAY

URAIAN :
Pada proses pembuatan Na2CO3 seacara solvay akan terjadi reaksi :
  1. CaCO3                  Ca + CO2
  2. C + O2                  CO2 + Q
  3. CaO + H2O                Ca ( OH )2 + Q
  4. NH3 + H2O                 NH4OH + Q
  5. 2NH4OH + CO2               ( NH 4)2CO3 + H2O + Q
  6. ( NH 4)2CO3 + NaCl               NH4CL + NaHCO3
  7. 2NaHCO3                 Na2CO3 + CO2 + H2O
  8. 2NH4CL + Ca( OH )2                2NH3 + CaCL2 + 2H2O
Jadi persamaan dari proses keseluruhan dapat ditulis :
CaCO3 + 2NaCl                Na2CO3 + CaCl2
Uraian Proses
  • NaCl jenuh dialirkan ke absorber bersama dengan CO2 dan NH3 maka akan terjadi reaksi 4,5,6. Reaksi ini berlangsung pada suhu 40°- 50° C.
  • Hasil larutan dan sisa gas dari reaksi dikeluarkan lewat bawah absorber untuk dialirkan ke menara carbonatasi dari puncak. Akrena reaksi  eksoterm,maka perlu pendingin untuk menjaga suhu reaksi.pada menara ini akan terjadi reaksi no.7 pada suhu 25°-60° C dan tekanan 2-3 atm disamping itu juga terbentuk reaksi no.5,6 ( reaksi penyempurnaan).
  • Hasil reaksi berupa lumpur NaHCO3 dialirkan ke dalam rotary filter untuk memisahkan padatan NaHCO3 dari larutannya.
  • NaHCO3 dikeringkan dalam kalsinator,disini terjadi reaksi no. 8 karena reaksi bersifat endoterm maka perlu energi yang diberikan dari bahan bakar.
  • Soda abu yang terbentuk didinginkan dalam pendingin dengan disemprotkan H2O .
  • Tapisan dari rotary filter dialirkan ke menara pemulihan untuk membebaskan NH3 dan Ca (OH)2
  • Slury ini bagian terbesar mengandung NH4CL 193 gr/lt.
  • Larutan buangan CaCL2 dari hasil analisa mengandung : CaCl2 = 90-95 gr/lt, NH3 = 6-12 ppm.
  • Sumber Ca ( OH )2 dan CO2 berasal dari pembakaran batu kapur dan C reaksi no.1,2,3
Kemurnian Na2CO3 = 99,8%.

Selasa, 24 Januari 2012

Ikatan kovalen Polar dan Nonpolar :)

Pasangan elektron yang digunakan secara bersama pada pembentukan ikatan kovalen yang terletak diantara dua inti atom akan ditarik oleh kedua inti atom yang berikatan. Akibatnya akan mempengaruhi distribusi elektron di antara kedua inti yang berikatan. Kemampuan menarik elektron kearah dirinya tergantung pada keelektronegatifan masing-masing unsur yang berikatan.
Untuk molekul unsur, seperti H2, Cl2 dan N2 ikatan kovalen yang terbentuk seratus persen bersifat kovalen. Hal ini disebabkan kedua inti atom memiliki kemampuan yang sama untuk menarik elektron ke arah dirinya, sehingga elektron ikatan akan terdistribusi secara merata di antara kedua inti, seperti yang ditunjukan pada Gambar. Ikatan yang terbentuk dengan kemampuan menarik pasangan elektron yang sama kuat disebut ikatan kovalen nonpolar.
clip_image002
Gambar gambar Penyebaran elektron pada ikatan kovalen nonpolar Cl-Cl

Apabila kedua atom yang berikatan berbeda misalnya pada HF, HCl dan HI, maka ikatan yang terbentuk tidak sepenuhnya bersifat kovalen. Hal ini yang dinamakan ikatan kovalen polar. Dikatakan ikatan kovalen polar karena kedua atom yang berikatan terdapat gaya elektrostatik.
clip_image004
Gambar Ikatan kovalen polar C-Cl

Berdasarkan perbedaan kelektronegatifan, suatu ikatan kovalen dikatakan ikatan kovalen polar apabila suatu atom mampu menarik elektron ikatan ke arah dirinya tanpa melakukan perpindahan secara sempurna.
Semakin besar perbedaan keelektronegatifan unsur-unsur yang berikatan, semakin polar ikatan yang terbentuk bahkan mendekati sifat ionik. HX (X = Cl, Br, I, F), H2O, CO2, CCl4, BeCl2, BeCl3 dan NH3 merupakan beberapa contoh senyawa dengan ikatan kovalen polar. Misalnya HCl, meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron ikatan, tetapi keelektronegatifan Cl lebih besar dari atom H sehingga distribusi elektron ikatan lebih terkonsentrasi pada Cl.

clip_image006
Gambar ikatan kovalen polar H-Cl

Molekul Polar dan Nonpolar
Suatu senyawa yang memiliki ikatan kovalen polar, belum tentu molekul yang dimiliki bersifat polar. Demikian juga untuk ikatan kovalen nonpolar, molekul yang dimiliki belum tentu bersifat nonpolar. Kepolaran suatu molekul dinyatakan menggunakan suatu besaran yang disebut momen dipol (µ). Besarnya momen dipol suatu molekul ditentukan menggunakan persamaan berikut.
µ = Q x r 1 D = 3,33 x 10-30 C.m (coulombmeter)
µ = 0 → molekul nonpolar
µ > 0 atau µ ≠ 0 → molekul polar
keterangan:
µ = momen dipol (D, debye)
Q = selisih muatan (Coulomb)
r = jarak antara muatan positif dengan muatan negatif (m)
Semakin besar harga momen dipol, semakin polar senyawa yang bersangkutan bahkan mendekati ke sifat ionik. Harga momen dipol beberapa molekul seperti yang tertera pada Tabel.
molekul
Momen dipol (D)
molekul
Momen dipol (D)
NO
NH3
HF
HCl
HBr
HI
H2O
0,159
0,23
1,78
1,078
0,82
0,44
1,85
CO
CO2
CHCl3
CH4
CCl4
BF3
BF2
0,112
0
1,09
0
0
0
0
Momen dipol merupakan suatu besaran vektor yang digambarkan menggunakan moment ikatan. Jika jumlah vektor momen-momen ikatan lebih besar dari nol, maka molekul tersebut bersifat polar, sebaliknya jika jumlah vektor momen-momen ikatan sama dengan nol, maka maka molekul tersebut bersifat nonpolar.
Momen ikatan terbentuk jika dua atom yang berikatan dalam suatu senyawa memiliki perbedaan keelektronegatifan. Elektron yang yang ditarik oleh atom yang lebih elektronegatif menunjukan arah momen ikatan dan ditunjukan menggunakan tanda → dari atom yang kurang elektronegatif menuju atom yang lebih elektronegatif.
Akibat tarikan elektron yang terjadi, terbentuk semacam kutub negatif pada atom yang lebih elektronegatif, sedangkan pada atom yang kurang elektronegatif akan terbentuk semacam kutub positif.
Kutub positif atau negatif yang terbentuk disebut muatan parsial, yang digambarkan menggunakan simbol delta (δ). Muatan parsial negatif (δ¯) diberikan pada unsur yang lebih elektronegatif dan muatan parsial positif (δ+) diberikan pada unsur yang kurang elektronegatif (lebih elektropositif).
Berikut contoh menggambar muatan parsial pada molekul HCl.
clip_image008
Dari contoh di atas terlihat bahwa terdapat muatan positif dan negatif pada tanda δ yang digunakan. Tanda tersebut tidak sama dengan +1 atau -1 seperti pada simbol ion, tetapi tanda ini hanya menggambarkan elektron ikatan tidak sepenuhnya dipindahkan ke atom Cl.
Untuk senyawa diatom yang disusun oleh unsur yang sejenis, molekul yang dimiliki selalu bersifat nonpolar kecuali ozon yang bersifa polar. Hal ini disebabkan dua atom penyusun senyawa memiliki keelektronegatifan sama sehingga tidak terbentuk momen ikatan. Sedangkan untuk senyawa diatom yang disusun oleh dua atom yang berbeda molekul yang dimiliki selalu bersifat polar karena adanya perbedaan keeltronegatifan.
Tetapi untuk senyawa-senyawa yang tersusun lebih dari dua atom, kepolaran molekul tidak dapat ditentukan jika hanya didasarkan pada perbedaan keelektronegatifan. Hal ini disebabkan senyawa-senyawa tertentu walaupun memiliki ikatan kovalen polar tetapi molekulnya bersifat nonpolar. Misalnya CCl4, CO2 dan BeCl2 merupakan beberapa senyawa dengan ikatan kovalen polar tetapi memiliki molekul yang nonpolar.
Pada molekul CCl4, yang mempunyai bentuk molekul tetrahedaral dengan C sebagai atom pusat dan dikelilingi oleh 4 atom Cl seperti pada Gambar.
clip_image010
Perbedaan keelektronegatifan C dan Cl adalah sebesar 3-2,5 = 0,5. Jadi ikatan C–Cl termasuk ikatan kovalen (tepatnya ikatan kovalen polar) karena perbedaan keeltronegatifan lebih kecil 1,7. Walaupun ikatan C–Cl berupa ikatan kovalen polar tetapi molekulnya bersifat nonpolar.
Hal ini disebabkan, bentuk tetrahedral dari molekul CCl4 dapat dikatakan simetrism karena memiliki pusat simetri pada atom C ditengah, sehingga jumlah momen ikatan yang sama dengan nol. Atau dapat dikatan tarikan elektron akibat adanya perbedaan keelektronegatifan saling meniadakan atau saling menguatkan (perhatikan tanda panah pada strutur). Hal ini dapat diandaikan, suatu benda yang berada di tengah-tengah ditarik dari empat sudut dengan kekuatan sama, maka benda tersebut tidak akan bergerak. Karena hal inilah molekul CCl4 bersifat nonpolar.
Jika CCl4 salah satu atom Cl diganti oleh atom lain misalnya H, maka sifat molekul yang awalnya nonpolar berubah menjadi polar. Hal ini disebabkan kepolaran ikatan C-H berbeda dengan kepolaran ikatan C-Cl, sehingga momen dipol yang terbentuk tidak saling meniadakan. Tetapi apabila semua atom C diganti oleh atom H maka molekulnya bersifat nonpolar karena kepolaran semua ikatan C–H sama besar sehingga mpmen ikatan yang terbentuk saling meniadakan.
Pada molekul BCl2 dan CO2 mempunyai bentuk molekul linear dengan B dan C sebagai atom pusat.
clip_image012
Atom Cl dan atom O lebih elektronegatif dibanding atom B dan C yang bertindak sebagai atom pusat (pada gambar yang berwarna hitam), sehingga elektron ikatan lebih tertarik kearah atom Cl dan O. Namun, atom B dan C masing-masing mengikat 2 atom yang sejenis maka momen ikatan yang terbentuk tertarik ke arah yang berlawanan dengan kekuatan yang sama, sehingga molekulnya bersifat nonpolar.
Molekul H2O walaupun rumus molekulnya mirip dengan CO2 dan BCl2 tetapi bersifat polar.
clip_image014
Hal ini disebabkan, pada molekul H2O, atom O sebagai atom pusat masih memiliki pasangan elektron bebas. Hal ini menyebabkan molekul H2O tidak berbentuk linear seperti molekul CO2 dan BCl2, sehingga momen ikatan yang terbentuk tidak saling menguatkan atau tidak saling meniadakan.

Mari Belajar Kimia :D

A. Karakteristik Atom Karbon
Kekhasan Atom Karbon
Atom  karbon  memiliki  empat  elektron  valensi. Keempat  elektron  valensi  tersebut  dapat membentuk empat ikatan kovalen melalui penggunaan bersama pasangan elektron  dengan  atom-atom  lain.  Atom  karbon  dapat  berikatan kovalen tunggal dengan empat atom hidrogen membentuk molekul metana (CH4).
Rumus  Lewisnya:Selain  dapat  berikatan  dengan  atom-atom  lain,  atom  karbon  dapat juga  berikatan  kovalen  dengan  atom  karbon  lain,  baik  ikatan  kovalen tunggal  maupun  rangkap  dua  dan  tiga,  seperti  pada  etana,  etena  dan etuna  (lihat pelajaran  Tata  Nama  Senyawa  Organik).
Kecenderungan  atom  karbon  dapat  berikatan  dengan  atom  karbon lain  memungkinkan  terbentuknya  senyawa karbon  dengan  berbagai struktur (membentuk rantai panjang atau siklik). Hal inilah yang menjadi ciri khas atom karbon.
Jika satu atom hidrogen pada metana (CH4) diganti  oleh  gugus –CH3 maka akan terbentuk etana (CH3–CH3). Jika atom hidrogen pada etana diganti oleh gugus –CH3 maka akan terbentuk propana (CH3–CH2–CH3) dan seterusnya hingga  terbentuk  senyawa  karbon  berantai  atau  siklik.
Atom C Primer, Sekunder, Tersier, dan Kuartener
Berdasarkan kemampuan atom karbon yang dapat berikatan dengan atom karbon  lain, muncul istilah atom karbon  primer,  sekunder, tersier, dan kuartener. Istilah ini didasarkan pada jumlah atom karbon yang terikat pada  atom karbon tertentu.
Atom  karbon  primer adalah atom-atom karbon yang mengikat satu atom karbon tetangga.
Atom karbon sekunder adalah atom-atom karbon  yang  mengikat  dua  atom  karbon tetangga.
Atom  karbon tersier  adalah  atom-atom karbon  yang  mengikat  tiga  atom  karbon  tetangga.
Materi selengkapnya… >> download




Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)

14 04 2010
Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa mampu menjelaskan  perkembangan  konsep  reaksi  reduksi  oksidasi dan  hubungannya dengan  tata  nama  senyawa  serta  penerapannya.
Materi pelajaran KIMIA Kelas X Semester 2, Oleh Gianto,SPd
A. PENGERTIAN REDUKSI OKSIDASI
Pengikatan Oksigen :
Senyawa yang terbentuk dari hasil reaksi dengan oksigen  dinamakan oksida sehingga reaksi antara oksigen dan suatu unsur dinamakan reaksi oksidasi. Karat  besi  adalah  senyawa  yang  terbentuk  dari  hasil  reaksi  antara besi dan oksigen (besi oksida). Perkaratan besi merupakan salah satu contoh dari reaksi  oksidasi.  Persamaan  reaksi  pembentukan  oksida  besi dapat  ditulis  sebagai  berikut.
Pada reaksi tersebut, besi mengalami oksidasi dengan cara mengikat oksigen  menjadi  besi  oksida. Kebalikan dari reaksi oksidasi dinamakan reaksi reduksi. Pada reaksi reduksi  terjadi  pelepasan  oksigen.  Besi  oksida  dapat direduksi  dengan cara  direaksikan  dengan  gas  hidrogen,  persamaan  reaksinya:
Pelepasan dan Penerimaan Elektron
Dalam konsep redoks, peristiwa pelepasan elektron dinamakan oksidasi, sedangkan  peristiwa  penerimaan  elektron  dinamakan  reduksi. Reaksi redoks pada peristiwa perkaratan besi dapat dijelaskan dengan reaksi  berikut:
Pada  reaksi  tersebut,  enam  elektron  dilepaskan  oleh  dua  atom  besi  dan diterima oleh tiga atom oksigen membentuk senyawa Fe2O3, Oleh karena itu, peristiwa oksidasi selalu disertai peristiwa reduksi. Pada setiap persamaan reaksi,  massa  dan  muatan  harus  setara  antara  ruas  kanan  dan  ruas  kiri (ingat  kembali  penulisan  persamaan  reaksi). Persamaan reaksi redoks tersebut memiliki muatan dan jumlah atom yang sama antara ruas sebelah kiri dan sebelah kanan persamaan reaksi. Oksidasi  besi  netral  melepaskan  elektron  yang  membuatnya  kehilangan muatan.  Dengan  menyamakan  koefisiennya  maka  muatan  pada  kedua ruas  persamaan  reaksi  menjadi  sama.  Penyetaraan  pada  reaksi  reduksi oksigen  juga  menggunakan  cara  yang  sama.
Contoh Reaksi Reduksi Oksidasi berdasarkan Transfer elektron
Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa Mg melepaskan elektron dan Cl menerima elektron. Dengan demikian, Mg mengalami oksidasi dan Cl mengalami reduksi.
Reduktor dan Oksidator
Dalam  reaksi  redoks,  pereaksi  yang  dapat  mengoksidasi  pereaksi  lain dinamakan  zat  pengoksidasi  atau  oksidator.  Sebaliknya,  zat  yang  dapat mereduksi  zat  lain  dinamakan  zat  pereduksi  atau  reduktor. Pada Contoh diatas, Magnesium melepaskan elektron yang menyebabkan  klorin  mengalami  reduksi.  Dalam  hal  ini,  magnesium  disebut  zat pereduksi  atau  reduktor.  Sebaliknya,  atom  klorin  berperan  dalam mengoksidasi  magnesium  sehingga  klorin  disebut  oksidator.
Contoh Reduktor dan Oksidator
Reaksi Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Bagaimana  bilangan  oksidasi  dapat  menjelaskan  reaksi  redoks?  Apa Anda  cukup  puas  dengan  konsep  transfer  elektron? Tinjau antara reaksi SO2 dengan O2 membentuk SO3. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
Jika  dikaji  berdasarkan  konsep  pengikatan  oksigen  maka  reaksi tersebut  adalah  reaksi  oksidasi.  Jika  dikaji  berdasarkan  transfer  elektron maka Anda mungkin akan bingung, mengapa? Pada reaksi tersebut tidak terjadi transfer  elektron,  tetapi terjadi penggunaan  bersama  pasangan elektron  membentuk  ikatan  kovalen. Reaksi tersebut tidak dapat dijelaskan dengan konsep transfer  elektron.
Oleh karena banyak reaksi redoks yang tidak dapat dijelaskan  dengan konsep pengikatan oksigen maupun transfer elektron  maka para pakar kimia mengembangkan konsep alternatif, yaitu perubahan bilangan oksidasi. Menurut konsep  ini,  jika  dalam  reaksi  bilangan  oksidasi  atom  meningkat  maka atom  tersebut  mengalami  oksidasi.  Sebaliknya,  jika  bilangan  oksidasinya turun  maka  atom  tersebut  mengalami  reduksi.
Untuk  mengetahui  suatu  reaksi tergolong reaksi redoks atau bukan menurut konsep perubahan bilangan oksidasi maka perlu diketahui biloks dari setiap atom, baik dalam pereaksi maupun  hasil  reaksi.
Berdasarkan  diagram  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa:
Atom  S  mengalami  kenaikan  biloks  dari  +4  menjadi  +6,  peristiwa ini  disebut  oksidasi; atom O mengalami penurunan biloks dari 0 menjadi –2, peristiwa ini disebut  reduksi. Dengan  demikian,  reaksi  tersebut  adalah  reaksi  redoks.
Oleh  karena molekul  O2 menyebabkan  molekul  SO2 teroksidasi  maka molekul  O2 adalah  oksidator.  Molekul  O2 sendiri  mengalami  reduksi  akibat  molekul SO2 sehingga  SO2 disebut reduktor.
Contoh Reaksi Redoks Menurut Perubahan Bilangan Oksidasi
Materi Selengkapnya >> download




Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

25 01 2010
Agar dapat memahami sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit, serta reaksi reduksi oksidasi Anda harus mampu mengidentifikasi sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data hasil percobaan.
Materi pelajaran KIMIA Kelas X Semester 2, Oleh Gianto,SPd
GEJALA HANTARAN ARUS LISTRIK PADA LARUTAN
Arus listrik timbul karena adanya aliran elektron, yaitu suatu partikel bermuatan negatif. Elektron-elektron ini mengalir melelui suatu bahan yang disebut konduktor. Bagaimana cara mengetahui suatu cairan dapat menghantarkan arus listrik atau tidak? Untuk mengetahuinya, Silahkan lakukan percobaan Uji Daya hantar Listrik Larutan.
Materi selengkapnya (PDF)




Hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia

24 01 2010
Materi Pelajaran Kimia Kelas X, Semester 1. Oleh : Gianto,SPd

  1. Hukum kekekalan massa (Hukum Lavoisier)
  2. Hukum perbandingan tetap (Hukum Proust)
  3. Hukum perbandingan volume (Hukum Gay-Lussac)
  4. Hukum Avogadro
KONSEP MOL
MOL menyatakan satuan jumlah zat. Satuan jumlah zat ini sama halnya dengan penyederhanaan jumlah suatu barang. Contoh, 1 lusin digunakan untuk menyederhanakan 12 satuan barang pecah belah. Penyederhanaan ini perlu dilakukan karena proses kimia yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari melibatkan sekumpulan partikel sangat kecil yang jumlahnya sangat banyak.
Materi Selengkapnya (PDF)




Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Kimia

15 11 2009
Agar dapat memahami materi pada bagian ini, Anda harus mampu mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya.
Materi Pelajaran Kimia Kelas X, Semester 1. Oleh : Gianto,SPd
RUMUS KIMIA
Rumus kimia menyatakan jenis dan jumlah atom dengan komposisi tertentu untuk setiap molekul. Rumus kimia sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia karena pengertian yang utuh mengenai zat diawali dari rumus kimianya.
  • Rumus Kimia Unsur : Rumus kimia unsur terdiri atas satu atom (monoatomik) sama dengan lambang atom unsur tersebut.
  • Rumus Molekul : Molekul adalah partikel penyusun senyawa. Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan jenis dan jumlah atom yang membentuk molekul senyawa tersebut. Rumus molekul digolongkan menjadi 2 yaitu rumus molekul unsur dan rumus molekul senyawa.
TATA NAMA SENYAWA
  • Tata nama senyawa yang terbentuk dari unsur logam dan bukan logam.
  • Tata nama senyawa yang terbentuk dari unsur-unsur bukan logam.
  • Tata nama senyawa yang dibentuk oleh lebih dari dua atom yang berbeda (Poliatom).
  • Tata nama senyawa Asam
  • Tata nama Senyawa Basa
PERSAMAAN REAKSI KIMIA
Persamaan yang menggambarkan terjadinya suatu reaksi kimia dinamakan persamaan reaksi, meliputi lambang  dan rumus, wujud zat (padat,cair,gas,larutan), koefisien reaksi, serta tanda panah yang menunjukkan terjadinya reaksi. Dalam persamaan reaksi, zat-zat yang bereaksi terletak di sebelah kiri tanda panah (pereaksi), sedangkan zat-zat hasil reaksi terletak di sebelah kanan tanda panah (produk).
Materi Selengkapnya (PDF)




Ikatan Kimia

6 10 2009
Agar dapat memahami ikatan kimia, Anda harus mampu membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
Materi Pelajaran Kimia Kelas X, Semester 1. Oleh : Gianto,SPd
Atom memiliki kecenderungan untuk mencapai kestabilan dengan cara berikatan dengan atom lain. Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat. Salah satu petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya golongan unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas mulia). Oleh sebab  itu dalam pembentukan ikatan kimia, atom-atom akan membentuk konfigurasi elektron seperti pada unsur gas mulia.
Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet)  kecuali Helium 2 (duplet), seperti terlihat pada table di bawah ini.
Periode Unsur Nomor Atom K L M N O P
1 He 2 2




2 Ne 10 2 8



3 Ar 18 2 8 8


4 Kr 36 2 8 18 8

5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet. Untuk mengilustrasikan ikatan kimia dapat dilakukan dengan menuliskan rumus Lewis dan rumus ikatan.
Ikatan kimia dibedakan menjadi 4 yaitu :
  1. Ikatan ion
  2. Ikatan kovalen
  3. Ikatan kovalen koordinasi
  4. Ikatan logam.
Ikatan kovalen terdiri dari :
  1. Ikatan kovalen tunggal
  2. Ikatan kovalen rangkap dua
  3. Ikatan kovalen rangkap tiga
  4. Ikatan kovalen polar
  5. Ikatan kovalen non polar
Contoh Ikatan Kovalen, lihat gambar di bawah ini !
ikatankovalen
Untuk bahan belajar, silahkan download materi ikatan kimia dari 3 buah buku BSE berikut ini :
  1. Ikatan Kimia 1 (PDF) > download
  2. Ikatan Kimia 2 (PDF) > download
  3. Ikatan Kimia 3 (PDF) > download
Untuk menghadapi tes atau ulangan harian tentang ikatan kimia, silahkan download soal-soal berikut ini sebagai latihan.
  • Latihan soal ikatan kimia (PDF) > download





Informasi Kimia Energi Atom dan Perkembangan Model Atom

13 08 2009
Materi Pelajaran Kimia Kelas X, Semester 1. Oleh : Gianto,SPd
ENERGI ATOM
Energi atom adalah energi yang bersumber dari atom. Setiap atom memiliki partikel-partikel energi. Inti atom yang merupakan sumber energi ini dilepaskan ketika atom terbelah.
Energi atom dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan penyatuan atom dan pembelahan atom. Ketika dua atau lebih atom bergabung menjadi satu, dihasilkan energi yang luar biasa dalam bentuk panas. Sebagian besar energi matahari berasal dari reaksi penyatuan ini.energiatom_2
Sumber lain energi atom adalah proses pembelahan atom. Ketika partikel-partikel atom dibenturkan dengan partikel-partikel seperti neutron, sebagian atom akan membelah menghasilkan energi yang luar biasa besarnya. Contohnya reaksi pembelahan Uranium 235.
Tahukah Anda, berapa banyak energi yang dilepaskan dari pembelahan atom di atas? Satu kilogram Uranium menghasilkan energi sejuta kali lebih besar dibandingkan energi yang diperoleh dari pembakaran satu kilogram batu bara ! Dan tahukah Anda Uranium seukuran kerikil kecil dapat menjalankan sebuah kapal samudra, pesawat, atau generator !
Kedahsyatan energi pembelahan Uranium ini, ironisnya dikemudian hari disalahgunakan manusia untuk membuat bom nuklir yang menewaskan jutaan manusia. Bagaimana pendapat Anda  mengenai hal ini? Sepengetahuan Anda apa saja kegunaan energi atom ini?
PERKEMBANGAN MODEL ATOM
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
modelatommodern
Model atom ini dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926). Bagaimanakah pendapat para ilmuwan mengenai teori dan model ataom sebelum abad ke-19 ? Berikut ini adalah perkembangan teori dan model atom secara kronologis yang dianggap benar menurut zamannya. Selengkapnya (PDF) > download




Sifat-Sifat Umum Unsur dalam Sistem Periodik

13 08 2009
Materi Pelajaran Kimia Kelas X, Semester 1. Oleh : Gianto,SPd
Pada akhir abad 18 dan awal abad 19 beberapa unsur telah ditemukan  dan juga diketahui sifat-sifatnya. Unsur-unsur yang mempunyai sifat yang mirip dikelompokkan dalam satu golongan dan dalam suata tabel yang disebut Tabel Periodik.
spu2
Beberapa sifat umum yang dimiliki unsur antara lain Jari-jari Atom, Keelektronegatifan (Elektronegativitas), Energi Ionisasi dan Afinitas Elektron. Selengkapnya (PDF) >download
Link Materi Serupa :
Beberapa Sifat Umum yang dimiliki Unsur ( Silahkan login sebagai tamu, supaya Anda bisa membaca materi ini !)




Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif

10 08 2009 Materi Pelajaran Kimia Kelas X, Semester 1. Oleh : Gianto,SPd
Massa atom relatif (Ar) suatu unsur adalah perbandingan massa rata-rata satu atom unsur tersebut terhadap 1/12 masa satu atom isotop karbon-12.
massa atom relatif
Massa molekul relatif (Mr) adalah perbandingan massa satu molekul unsur atau senyawa terhadap 1/12 x massa satu atom karbon-12. Selengkapnya (PDF) > download